Mamuju, Kabarsulbar.com, – Gelaran Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Catur ke-50 yang baru saja ditutup di Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar), harus tercoreng oleh serangkaian insiden manajemen yang memalukan. Alih-alih menjadi ajang kebanggaan tuan rumah, event akbar ini justru meninggalkan catatan hitam berupa tunggakan hotel, keluhan atlet, hingga hadiah juara umum yang tak kunjung diserahkan.
Puncak dari kekacauan ini terjadi sesaat setelah acara penutupan. Panitia pelaksana Kejurnas dilaporkan dihadang dan dilarang meninggalkan area hotel tempat mereka menginap. Aksi ini terpaksa dilakukan oleh pihak manajemen hotel karena panitia belum melunasi pembayaran yang menjadi kewajiban mereka.
Insiden ini sontak menjadi buah bibir dan mempermalukan nama baik Sulbar sebagai penyelenggara.
Atlet Luar Jadi Korban, Dipaksa Keluar Hotel
Ironisnya, masalah pembayaran ini tidak hanya menimpa panitia. Para atlet dari luar daerah yang menjadi peserta justru telah menjadi korban lebih dulu.
Sejumlah kontingen, seperti yang menginap di Hotel Grand Putra, melaporkan bahwa mereka telah dipaksa untuk check-out (keluar) sejak kemarin (sehari sebelum penutupan).
Penyebabnya sama: Pihak panitia Kejurnas belum juga membayarkan tagihan kamar kepada pihak hotel.
”Kami datang sebagai tamu, diundang untuk bertanding, tapi diperlakukan seperti ini. Tentu sangat mengecewakan,” ujar salah satu ofisial kontingen yang terdampak.
Keluhan Makanan dan Hadiah yang Tak Jelas
Masalah manajemen event tidak berhenti di situ. Selama Kejurnas berlangsung, para peserta juga mengeluhkan buruknya pelayanan konsumsi.
”Makanan untuk atlet selalu terlambat diterima. Selain itu, menunya juga tidak bervariasi, hampir setiap hari sama. Ini sangat memengaruhi kondisi atlet,” keluh seorang peserta dari luar Sulbar.
Pukulan telak bagi kredibilitas turnamen ini terjadi di panggung juara. Kontingen DKI Jakarta, yang sukses merebut gelar Juara Umum Kejurnas Percasi Sulbar 2025, harus menelan kekecewaan.
Hingga acara penutupan usai, pihak DKI Jakarta tidak kunjung menerima hadiah mereka. Informasi yang beredar menyebutkan bahwa tim Ibu Kota hanya menerima plakat penghargaan, sementara “hadiah tambahan” (diduga kuat berupa uang pembinaan) yang dijanjikan, belum ada kejelasan kapan akan diserahkan oleh panitia.
Dugaan Intervensi Internal Perparah Keadaan
Di tengah carut-marut penyelenggaraan, muncul informasi miring dari internal panitia. Beberapa sumber panitia yang enggan disebutkan namanya menyebutkan bahwa kekacauan ini semakin diperparah karena adanya intervensi dari pihak di luar struktur resmi.
Kegiatan ini, menurut mereka, diduga dikendalikan oleh istri dari Ketua Pengprov Percasi Sulbar, Jayadi. Dugaan intervensi ini disebut-sebut berkontribusi pada kacaunya manajemen keuangan dan logistik yang terjadi di lapangan.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari Ketua Pengprov Percasi Sulbar terkait serangkaian insiden memalukan yang mencoreng wajah tuan rumah ini.


