Sistem Penyiraman Irigasi Kabut, Inovasi Pertanian Hemat Tenaga dan Air di Desa Sulobaja, Mamuju Tengah Sulawesi Barat

Mamuju Tengah- Air merupakan sumber daya yang sangat penting bagi tanaman. Akan tetapi pengairan selalu menjadi kendala dalam usaha pertanian, terutama pada saat musim kemarau.

Kebutuhan air untuk sehari-hari saja mungkin sulit diperoleh, apalagi untuk pengairan. Salah satu solusi yang dapat dilakukan yakni dengan menggunakan suatu inovasi atau teknologi pertanian untuk melakukan pengairan dengan minim air. Inovasi pertanian yakni seperti irigasi kabut. Sistem pentiraman ini terbukti bisa menghemat air mencapai 30% hingga 50% sesuai dengan kondisi lahan dan jenis tanahnya.

Untuk menghindari permasalahan air di desa Sulobaja ketika suatu saat terjadinya kemarau panjang namun pengairan untuk lahan pertanian harus tetap berjalan, mahasiswa KKN-PPM UGM Semarak Tobadak Dio Rachmaputra Syafei berinisiatif untuk menciptakan program kerja yang memberi inovasi baru bagi petani tanaman hortikultura di desa Sulobaja dengan melaksanakan sosialisasi sistem penyiraman irigasi kabut serta pembuatannya dengan skala kecil guna menjadi inovasi bagi warga maupun kelompok tani untuk menggunakan sistem penyiraman ini sebagai upaya otomatisasi pertanian dan penghematan penggunaan air dan tenaga.

Pemasangan Pompa Air dan Skema Irigasi Bersama Warga Sulobaja

Sistem penyiraman irigasi kabut lebih hemat air dan mengurangi kemungkinan adanya suatu genangan air dibandingkan pengairan dengan metode manual atau konvensional. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengairan dengan irigasi kabut relatif lebih singkat

Cara untuk membuat sistem irigasi kabut adalah dengan memasang set pompa air kemudian dibentuk skema irigasi kabut menggunakan paralon. Pada ujung paralon setiap bedengan diberi selang plastik PE dengan panjang sesuai kebutuhan. Selang plastik ini sebelumnya telah dilubangi kecil-kecil. Kemudian ketika air mengalir melalui plastik dan tekanan air membuat selang mengembang, air akan keluar melalui lubang-lubang tersebut dalam bentuk semprotan.

“Sistem irigasi ini cukup menarik untuk dilihat dan dapat menjadi inovasi otomatisasi pertanian sehingga petani yang biasanya melakukan penyiraman dengan cara konvensional dapat menggunkan metode ini dengan keuntungan dapat meminimalisir tenaga sekaligus lebih menghemat air yang dikeluarkan” kata Bapak Daniel selaku bhabinkamtibmas sekaligus petani tanaman hortikultura.

Gambar Sistem Penyiraman Irigasi Kabut Pada Lahan Tanaman Hortikultura

Irigasi kabut ini memiliki bentuk yang menarik sehingga juga dapat menarik warga untuk gemar bertani dan menggunakan sistem irigasi seperti ini. Pada prinsipnya, cara ini mirip dengan fire sprinkler (sensor pemadam kebakaran dalam ruangan), dimana air bertekanan disemprotkan melalui lubang-lubang berukuran sangat kecil (nozzle) sehingga membentuk tetesan air seperti hujan.

Pada irigasi kabut, air diarahkan ke atas, karena cara ini juga berfungsi menurunkan suhu udara di sekitar tanaman. Irigasi kabut bisa dikembangkan lebih lanjut dengan menambahkan alat pengukur suhu jika alat pengukur suhu menunjukkan udara di lahan terlalu panas, pompa akan otomatis melakukan penyemprotan selama beberapa menit. Kemudian juga sensor buka tutup pompa dapat disetel waktunya otomatis menggunakan sensor sehingga dapat ditinggal selama berhari-hari jika petani tidak sempat ke lahan untuk menyalakan pompa.

Program kerja pembuatan sistem penyiraman irigasi kabut juga disetujui dan didukung oleh Ganies Riza Aristya, S.Si., M.Sc., Ph.D. sebagai Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yang membimbing tim KKN-PPM UGM Semarak Tobadak, terutama karena program kerja sesuai dengan poin-poin Sustainable Development Goals (SDGs) berikut :

SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim – Sistem Irigasi Tetes sangat cocok digunakan pada saat musim kemarau guna meminimalisir penggunaan air
SDG 3: Peningkatan pengetahuan masyarakat terkait kualitas hidup, kesehatan, dan lingkungan – Otomatisasi penyiraman irigasi kabut mendukung penyiraman secara otomatis sehingga petani dapat lebih produktif dan minim tenaga yang dikeluarkan.

You might like

About the Author: kabar sulbar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *